Angel Di Maria Ungkap Dia Masih Minum Obat Karena Kekalahan Argentina

Legenda Argentina Angel Di Maria mengatakan ia terus minum obat untuk mengatasi kekecewaan dan tekanan akibat kekalahn di tiga final berturut-turut bersama tim nasionalnya.

Angel Di Maria Ungkap Dia Masih Minum Obat Karena Kekalahan Argentina

Sementara pemain sayap Benfica itu memenangkan Piala Dunia 2022 dan Copa America 2024 di akhir kariernya di Argentina, ia sebelumnya pernah kalah di dua final Copa America dan Piala Dunia FIFA 2014 dalam rentang waktu tiga tahun. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi mengenai sepak bola menarik lainnya hanya klik .

Kenangan Pahit Angel Di María

Angel Di María, pemain legenda Argentina, baru-baru ini cerita tentang masa-masa sulit yang pernah ia alami. Ternyata, meski sudah jadi juara dunia dan Copa America, Di Maria masih merasakan dampak dari kekalahan menyakitkan di masa lalu. ​Ia mengaku masih minum obat untuk mengatasi kekecewaan dan tekanan akibat tiga kekalahan final beruntun yang dialaminya bersama timnas Argentina.​

Ini menunjukkan bahwa menjadi pemain hebat pun tidak mudah, ada beban mental yang harus dihadapi. Kisah Di Maria ini bikin kita sadar, ya, bahwa dunia sepak bola itu keras banget. Bayangin aja, sudah berjuang habis-habisan, eh, malah kalah di saat-saat penting. Pasti rasanya campur aduk antara sedih, kecewa, dan marah. Apalagi, Di Maria mengalami ini bukan cuma sekali, tapi tiga kali berturut-turut!

Kekalahan di final Copa America (dua kali) dan Piala Dunia 2014 pasti membekas banget di hatinya. Enggak heran kalau ia sampai butuh obat untuk menenangkan diri. Pengakuan Di Maria ini juga sekaligus membuka mata kita tentang pentingnya kesehatan mental, terutama bagi para atlet.

Mereka ini kan manusia biasa juga, punya perasaan dan emosi. Tekanan dari publik, ekspektasi tinggi, dan tuntutan untuk selalu menang bisa jadi beban yang sangat berat. Jadi, wajar aja kalau ada atlet yang merasa stres atau depresi. Semoga, dengan makin banyaknya atlet yang terbuka tentang masalah mental mereka, kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental juga semakin meningkat.

Download ShotsGoal APK Sekarang!
Tonton livestream gratis pertandingan favoritmu langsung di ShotsGoal!
Nikmati siaran berkualitas tinggi, update skor real-time, dan berbagai fitur menarik lainnya!

Copa America dan Piala Dunia 2014

Mungkin banyak dari kita yang masih ingat bagaimana sedihnya Argentina saat kalah di final Piala Dunia 2014. Waktu itu, mereka harus mengakui keunggulan Jerman setelah berjuang mati-matian selama 120 menit. Di Maria sendiri tidak bisa bermain di final karena cedera, tapi ia tetap merasakan sakitnya kekalahan itu. Apalagi, sebelumnya Argentina juga kalah di final Copa America pada tahun 2007 dan 2015. Tiga kekalahan final dalam waktu singkat ini pasti jadi pukulan berat bagi Di Maria dan seluruh tim.

Kekalahan di final itu bukan cuma sekadar kalah dalam pertandingan. Lebih dari itu, ada mimpi yang hancur, harapan yang pupus, dan rasa malu karena gagal memberikan yang terbaik untuk negara. Apalagi, Argentina sudah lama tidak merasakan gelar juara di level internasional. Jadi, setiap kali mereka lolos ke final, ekspektasi publik selalu tinggi. Sayangnya, harapan itu selalu berakhir dengan kekecewaan. Ini yang mungkin membuat Di Maria merasa sangat tertekan.

Kita bisa bayangin bagaimana Di Maria berusaha keras untuk melupakan kekalahan-kekalahan itu. Sebagai pemain profesional, ia harus tetap fokus dan memberikan yang terbaik untuk klubnya. Tapi, kenangan pahit itu pasti selalu menghantuinya. Apalagi, setiap kali ada turnamen besar, media dan fans pasti akan terus mengingatkannya tentang kegagalan di masa lalu. Ini yang mungkin membuatnya terus mengonsumsi obat untuk mengatasi tekanan dan kecemasan.

Baca Juga: Liverpool Umumkan Pembekuan Harga Tiket Musiman untuk 2025-26

Bangkit dari Keterpurukan

Setelah bertahun-tahun merasakan pahitnya kekalahan, akhirnya Di Maria bisa merasakan manisnya kemenangan. Ia berhasil membawa Argentina juara Piala Dunia 2022 di Qatar dan Copa America 2024. Gelar juara ini tentu jadi pelipur lara bagi Di Maria dan seluruh fans Argentina. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya mereka bisa melihat timnasnya mengangkat trofi juara. Ini jadi bukti bahwa kerja keras dan kesabaran tidak akan mengkhianati hasil.

Kemenangan di Piala Dunia 2022 dan Copa America 2024 ini juga jadi pembuktian bagi Di María. Ia berhasil membuktikan bahwa ia masih bisa memberikan kontribusi besar untuk timnas Argentina, meski usianya sudah tidak muda lagi. Di final Piala Dunia 2022, ia bahkan mencetak gol yang membuat Argentina unggul. Ini menunjukkan bahwa Di Maria adalah pemain yang punya mental juara dan tidak pernah menyerah.

Gelar juara ini juga sekaligus jadi jawaban bagi semua kritikan yang pernah ditujukan kepada Di María. Dulu, banyak yang meragukan kemampuannya dan menganggapnya sebagai pemain yang gagal di timnas. Tapi, Di Maria berhasil membuktikan bahwa mereka salah. Ia berhasil membawa Argentina meraih dua gelar juara bergengsi dan menjadi salah satu pemain kunci di tim. Ini jadi bukti bahwa Di Maria adalah legenda sejati Argentina.

Efek Psikologis Kekalahan dalam Sepak Bola

Keputusan Angel Di Maria untuk terus mengonsumsi obat sebagai cara mengatasi kekecewaan dan tekanan akibat kekalahan bukanlah hal yang aneh dalam dunia olahraga profesional. Tekanan untuk selalu tampil sempurna, harapan tinggi dari publik, dan persaingan yang ketat dapat memberikan dampak psikologis yang signifikan bagi para atlet. Dalam kasus Di María, kekalahan beruntun di final turnamen besar tentu menjadi pukulan yang sangat berat, dan penggunaan obat mungkin menjadi salah satu cara baginya untuk mengatasi stres dan kecemasan yang muncul.

Penggunaan obat-obatan dalam dunia olahraga untuk mengatasi masalah psikologis memang menjadi isu yang kompleks. Di satu sisi, obat-obatan dapat membantu atlet untuk mengelola emosi dan tetap fokus pada performa mereka. Namun, di sisi lain, penggunaan obat-obatan juga dapat menimbulkan efek samping dan ketergantungan, serta memicu kontroversi terkait etika dan sportivitas. Oleh karena itu, penting bagi para atlet untuk mendapatkan pendampingan dan pengawasan yang tepat dari tenaga medis profesional dalam penggunaan obat-obatan.

Selain penggunaan obat-obatan, terdapat berbagai cara lain yang dapat dilakukan oleh atlet untuk mengatasi tekanan psikologis dalam olahraga. Beberapa di antaranya adalah melalui konseling dengan psikolog olahraga, meditasi, latihan pernapasan, atau kegiatan relaksasi lainnya. Penting bagi setiap atlet untuk menemukan cara yang paling efektif bagi mereka dalam mengelola emosi dan menjaga kesehatan mental mereka agar dapat tampil optimal di lapangan.

Pesan untuk Generasi Muda Mental yang Kuat adalah Kunci

Kisah Angel Di Maria ini bisa jadi pelajaran berharga buat para pemain muda yang bercita-cita jadi pesepak bola profesional. Bahwa, selain skill dan kemampuan fisik, mental yang kuat juga jadi kunci utama untuk meraih sukses. Di Maria sudah membuktikan itu. Meski sempat terpuruk karena kekalahan, ia tidak menyerah dan terus berjuang sampai akhirnya bisa meraih gelar juara. Ini menunjukkan bahwa mentalitas juara itu penting banget.

Pemain muda juga harus belajar untuk menerima kekalahan dengan lapang dada. Kekalahan itu bukan akhir dari segalanya, tapi justru jadi motivasi untuk jadi lebih baik lagi. Jangan biarkan kekalahan membuatmu putus asa. Jadikan itu sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan diri lebih baik lagi di masa depan. Ingat, setiap pemain hebat pasti pernah merasakan kekalahan. Yang membedakan mereka adalah bagaimana mereka bangkit dari kekalahan itu.

Selain itu, penting juga untuk menjaga kesehatan mental. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika merasa stres atau tertekan. Bicaralah dengan teman, keluarga, atau psikolog olahraga. Jangan dipendam sendiri. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dengan mental yang kuat, kamu akan lebih siap menghadapi segala tantangan dan meraih impianmu. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola terupdate lainnya.